Welcome

Terima Kasih

Terima Kasih

Pengenalan Peralatan dan Teknik Fotografi

Senin, 28 Mei 2012 | 0 komentar



    Sekilas Tentang Fotografi

    Kata photography berasal dari kata photo yang berarti cahaya dan graph yang berarti gambar. Jadi photography bisa diartikan menggambar/melukis dengan cahaya.

    Jenis-jenis kamera

    Kamera film , sekarang juga disebut dengan kamera analog oleh beberapa orang.

    • Format film
      Sebelum kita melangkah ke jenis-jenis kamera film ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu berbagai macam format/ukuran film.

      1. APS, Advanced Photography System. Format kecil dengan ukuran film 16x24mm, dikemas dalam cartridge. Meski format ini tergolong baru, namun tidak populer. Toko yang menjual film jenis ini susah dicari di Indonesia.

      2. Format 135. Dikenal juga dengan film 35mm . Mempunyai ukuran 24x36mm, dikemas dalam bentuk cartridge berisi 20 atau 36 frame. Format ini adalah format yang paling populer, banyak kita temui di sekitar kita.

      3. Medium format

      4. Large format


    • Jenis Film

      1. Film B/W, film negatif hitam putih.

      2. Film negatif warna. Paling populer, sering kita pakai.

      3. Film positif, biasa juga disebut slide . Lebih mahal dan rawan overexposure. Meski demikian warna-warna yang dihasilkan lebih bagus karena dapat menangkap rentang kontras yang lebih luas.


    • Jenis-jenis kamera Foto

      1. Pocket/compact. Kamera saku. Populer bagi orang awam, sederhana dan mudah dioperasikan. Menggunakan film format 35mm.

      2. Range finder. Kamera pencari jarak. Kecil, sekilas mirip dengan kamera saku. Bedanya, kamera ini mempunyai mekanisme fokusing (karenanya disebut rangefinder). Umumnya menggunakan film format 35mm.

      3. SLR, Single Lens Reflex. Kamera refleks lensa tunggal. Populer di kalangan profesional, amatir dan hobiis. Umumnya mempunyai lensa yang dapat diganti. Menggunakan film format 35mm. Disebut juga kamera sistem.

      4. TLR, Twin Lens Reflex. Kamera refleks lensa ganda. Biasanya menggunakan format medium.

      5. View finder. Biasanya menggunakan format medium.



      Kamera manual dan kamera otomatis

      Kamera-kamera SLR terbaru umumnya sudah dilengkapi sistem autofokus dan autoexposure namun masih dapat dioperasikan secara manual.

      Kamera digital

      Kamera Digital Menggunakan sensor digital sebagai pengganti film dengan menggunakan media penyimpanan (Storage) berua memory card, sperti SD, MMS, Dan sebagainya.

      1. Consumer. Kamera saku, murah, mudah pemakaiannya. Lensa tak dapat diganti. Sebagian besar hanya punya mode full-otomatis. Just point and shoot . Beberapa, seperti Canon seri A, memiliki mode manual.

      2. Prosumer. Kamera SLR-like , harga menengah. Lensa tak dapat diganti. Shooting Mode manual dan auto.

      3. DSLR. Digital SLR.



    Lensa Kamera

    Mata dari kamera, secara umum menentukan kualitas foto yang dihasilkan lensa memiliki 2 properties penting yaitu panjang fokal dan aperture maksimum.

    Field of View (FOV) tiap lensa memiliki FOV yang lebarnya tergantung dari panjang fokalnya dan luas film/sensor yang digunakan.

    Field of View Crop, sering disebut secara salah kaprah dengan focal length multiplier . Hampir semua kamera digital memiliki ukuran sensor yang lebih kecil daripada film 35mm, maka pada field of view kamera digital lebih kecil dari pada kamera 35mm. Misal lensa 50 mm pada Nikon D70 memiliki FOV yang sama dengan lensa 75mm pada kamera film 35mm ( FOV crop factor 1.5x )


    Jenis-jenis Lensa

    a. Berdasarkan prime-vario

    • Fixed focal/Prime, memiliki panjang fokal tetap, misal Fujinon 35mm F/3.5 memiliki panjang fokal 35 mm. Lensa prime kurang fleksibel, namun kualitasnya lebih tinggi daripada lensa zoom pada harga yang sama.

    • Zoom/Vario, memiliki panjang fokal yang dapat diubah, misal Canon EF-S 18-55mm F/3.5-5.6 memiliki panjang fokal yang dapat diubah dari 18 mm sampai 55 mm. Fleksibel karena panjang fokalnya yang dapat diatur.


    b. berdasarkan panjang focal

    • Wide, lensa dengan FOV lebar, panjang fokal 35 mm atau kurang. Biasanya digunakan untuk memotret pemandangan dan gedung.

    • Normal, panjang fokal sekitar 50 mm. Lensa serbaguna, cepat dan harganya murah.

    • Tele, lensa dengan FOV sempit, panjang fokal 70mm atau lebih. Untuk memotret dari jarak jauh.


    c. berdasarkan aperture maksimumnya.

    • Cepat, memiliki aperture maksimum yang lebar.

    • Lambat, memiliki aperture maksimum sempit.


    d. lensa-lensa khusus

    • Lensa Makro, digunakan untuk memotret dari jarak dekat

    • Lensa Tilt and Shift, bisa dibengkokan.


    Ketentuan lensa lebar/tele (berdasarkan panjang focal) di atas berlaku untuk kamera film 35mm. Lensa Nikkor 50 mm menjadi lensa normal pada kamera film 35mm, tapi menjadi lensa tele jika digunakan pada kamera digital Nikon D70. Pada Nikon D70 FOV Nikkor 50 mm setara dengan FOV lensa 75 mm pada kamera film 35mm.


    Peralatan bantu lain untuk Kamera (Fotografi) :

    Tripod
    Diperlukan untuk pemotretan dengan kecepatan lambat. Pada kecepatan lambat, menghindari goyangan kamera jika dipegang dengan tangan (handheld). Secara umum kecepatan minimal handhel adalah 1/focal. Membawa tripod saat hunting bisa merepotkan. Untuk keperluan hunting biasanya tripod yang dibawa adalah tripod yang ringan dan kecil.

    Monopod
    Mirip tripod, kaki satu. Lebih mudah dibawa. Hanya dapat menghilangkan goyangan vertikal saja.

    Flash/blitz/lampu kilat
    Untuk menerangai obyek dalam kondisi gelap.

    Filter
    Untuk menyaring cahaya yang masuk. Ada banyak jenisnya.
    • UV, menyaring cahaya UV agar tidak terjadi hazy pada foto2 landscape, sering digunakan untuk melindungi lensa dari debu.
    • PL/CPL (Polarizer/Circular Polarizar) untuk mengurangi bayangan pada permukaan non logam. Bisa juga untuk menambah kontras langit.


    Exposure
    Jumlah cahaya yang masuk ke kamera, tergantung dari aperture dan kecepatan.

    • Aperture/diafragma . Makin besar aperture makin banyak cahaya yang masuk. Aperture dinyatakan dengan angka angka antara lain sebagai berikut: f/1,4 f/2 f/3,5 f/5.6 f/8. semakin besar angkanya ( f number ), aperture makin kecil aperturenya.

    • Shutter speed/kecepatan rana . Makin cepat, makin sedikit cahaya yang masuk.
    • ISO , menyatakan sensitivitas sensor/film. Makin tinggi ISOnya maka jumlah cahaya yang dibutuhkan makin sedikit. Film ISO 100 memerlukan jumlah cahaya 2 kali film ISO 200.


    Contoh :

    Kombinasi diafragma f/5.6 kec. 1/500 pada ISO 100 setara dengan diafragma f/8 kec 1/500 atau f/5.6 kec. 1/1000 pada ISO 200.

    Exposure meter (Pengukur cahaya)
    Hampir tiap kamera modern memiliki pengukur cahaya internal. Selain itu juga tersedia pengukur cahaya eksternal.

    Exposure metering (sering disingkat dengan metering saja), adalah metode pengukuran cahaya

    1. Average metering , mengukur cahaya rata-rata seluruh frame.

    2. Center-weighted average metering , mengukur cahaya rata-rata dengan titik berat bagian tengah.

    3. Matrix/Evaluative metering , Mengukur cahaya di berbagai bagian dari frame, untuk kemudian dikalkulasi dengan metode-metode otomatis tertentu.

    4. Spot metering , mengukur cahaya hanya pada bagian kecil di tengah frame saja.


    5. Exposure compensation, 18% grey.
      Exposure meter selalu mengukur cahaya dan menhasilkan pengukuran sehingga terang foto yang dihasilkan berkisar pada 18% grey. Jadi kalau kita membidik sebidang kain putih dan menggunakan seting exposure sebagaimana yang ditunjukan oleh meter, maka kain putih tersebut akan menjadi abu-abu dalam foto. Untuk mengatasi hal tersebut kita harus melakukan exposure compensation. Exposure kita tambah sehingga kain menjadi putih.

      Under exposured, foto terlalu gelap karena kurang exposure.

      Over exposured, foto terlalu terang karena kelebihan exposure

      Istilah stop
      Naik 1 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 2 kali. Naik 2 stop, artinya exposure dinaikkan menjadi 4 kali. Turun 1 stop exposure diturunkan menjadi 1/2 kali. Turun 2 stop exposure diturunkan menjadi 1/4 kali.

      Kenaikan 1 stop pada aperture sebagai berikut: f/22; f/16; f/11; f/8; f/5,6; f/4; f/2,8; f/2. Beda f number tiap stop adalah 0,7 kali (1/ Ö 2).

      Kenaikan 1 stop pada kec. Rana sebagai berikut: 1/2000; 1/1000; 1/500; 1/250; 1/125; 1/60; 1/30; 1/15; 1/8; 1/4; 1/2; 1. Beda speed tiap stop adalah 2 kali.

      DOF , Depth of Field , Kedalaman Medan.
      DOF adalah daerah tajam di sekitar fokus. Kedalaman medan dipengaruhi oleh besar aperture, panjang fokal, dan jarak ke obyek.

      • Aperture, semakin besar aperture (f number makin kecil) maka DOF akan makin dangkal/sempit.
      • Panjang fokal (riil), semakin panjang fokal, DOF makin dangkal/sempit.
      • Jarak ke obyek, semakin dekat jarak ke obyek maka DOF makin dangkal/sempit.


      Pemilihan DOF

      • Jika DOF sempit, FG dan BG akan blur. DOF sempit digunakan jika kita ingin mengisolasi/menonjolkan obyek dari lingkungan sekitarnya misalnya pada foto-foto portrait atau foto bunga.

      • Jika DOF lebar, FG dan BG tampak lebih tajam. DOF lebar digunakan jika kita menginginkan hampir seluruh bagian pada foto nampak tajam, seperti pada foto landscape atau foto jurnalistik.


      Shooting mode

      Mode auto , mode point and shoot, tinggal bidik dan jepret.

      1. Full auto, kamera yang menentukan semua parameter.
      2. Portrait, kamera menggunakan aperture terbesar untuk menyempitkan DOF.
      3. Landscape, kamera menggunakan aperture terkecil.
      4. Nightscene, menggunakan kecepatan lambat dan flash untuk menangkap obyek dan BG sekaligus.
      5. Fast shuter speed
      6. Slow shutter speed


      Creative zone

      1. P, program AE. Mirip dengan mode auto dengan kontrol lebih. Dengan mode ini kita bisa mengontrol exposure compensation, ISO, metering mode, Auto/manual fokus, white balance, flash on/off, dan continues shooting.
      2. Tv, shutter speed priority AE. Kita menetukan speed, kamera akan menghitung aperture yang tepat.
      3. Av, aperture priority AE. Kita menentukan aperture, kamera mengatur speed.
      4. M, manual exposure. Kita yang menentukan aperture dan speed secara manual.


      Komposisi dan Angle.

      Komposisi adalah penempatan obyek dalam frame foto Angle adalah sudut pemotretan, dari bawah, atas, atau sejajar. Komposisi dan angle lebih menyangkut ke seni dari fotografi. Faktor selera fotografer sangat besar pengaruhnya.

    Beberapa Teknik dalam Fotografi

    | 0 komentar



    Teknis Fotografi & Fungsinya

    Fotografi bukan segalanya tentang kamera. Dikatakan bahwa fotografi adalah seni bermain dengan cahaya. Tanpa adanya cahaya, maka mustahil fotografi itu ada. Menghasilkan sebuah gambar yang bagus, harus memiliki visi yang kuat dalam hal ‘melihat’. Memperhatikan cahaya, komposisi dan momen adalah hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam membuat foto yang dapat dikategorikan ‘bagus’.

    Namun, sepertinya mustahil dapat menghasilkan foto seperti itu jika tidak mengenal dan memahami dari masing-masing teknis fotografi dasar. Fotografi memang bukan segalanya tentang kamera, namun kamera adalah alat untuk menyalurkan visi kita itu. Maka, sekiranya perlu mengenal dan memahami bagaimana kamera bekerja.

    Tugas utama dari kamera adalah mengatur intensitas cahaya yang masuk dan pada akhirnya mengenai film/sensor (selanjutnya saya sebut medium). Apabila, kamera mengizinkan terlalu banyak cahaya yang masuk maka medium akan terbakar (overexposed). Dan sebaliknya. Bagaimana agar cahaya yang masuk itu tidak berlebih dan tidak kurang, atau dengan kata lain ‘pas’. Berikut saya jabarkan satu-satu.


    Aperture

    Atau yang sering juga disebut dengan difragma atau bukaan lensa adalah berfungsi untuk mengatur seberapa besar lensa akan terbuka. Fungsi ini lebih tepatnya terletak pada lensa. Logikanya, semakin besar bukaannya, maka akan semakin banyak cahaya yang akan masuk. Seperti sebuah kran air. Semakin besar kita buka keran tersebut maka akan semakin banyak air yang akan keluar.

    Penulisan Aperture yang benar adalah f/x. Sehingga apabila dikatakan nilai Aperture-nya adalah 5.6, maka penulisan yang benar adalah f/5.6. Jadi jangan bingung apabila ada yang bilang bahwa bukaan lensa 2.8 lebih besar dari bukaan lensa 5.6. Karena kalau secara penulisan matematisnya memang benar khan? (f/2.8>f/5.6) Tapi kebanyakan kita malas untuk bilang f/2.8 atau f/5.6, karena kita orangnya simpel sih… Very Happy


    Efek Samping dari Aperture

    Seperti obat batuk yang memiliki efek samping, begitu juga dengan aperture. Efek sampingnya adalah semakin besar bukaan lensa, maka akan semakin kecil daerah fokusnya. Dan sebaliknya. Daerah fokus inilah yang biasa dikenal dengan DOF (Depth of Field). Untuk lebih jelasnya, lihat foto berikut ini:




    foto Efek Samping dari Aperture f/3.5, 1/125 detik @ 50mm ISO 100
    f/3.5, 1/125 detik @ 50mm ISO 100



    Seperti contoh gambar diatas, terlihat bahwa daerah focus hanya pada putik bunganya saja. Sedangkan bagian mahkotanya sudah out of focus (blur). Tapi, coba lihat pengambilan dengan bukaan kecil ini.





    foto Efek Samping dari Aperture f/11, 1/200 detik @ 17mm ISO 200
    f/11, 1/200 detik @ 17mm ISO 200



    Pada contoh diatas hampir keseluruhan gambar terlihat tajam (kecuali objek yang memang jauh).


    Shutter Speed

    Atau yang biasa disebut juga dengan speed atau kecepatan rana bertugas untuk mengatur berapa lama mirror terbuka lalu menutup kembali untuk membatasi berapa banyak cahaya yang akan masuk. Seperti teori keran, apabila kita membuka keran terlalu lama, maka wadah penampung air tadi akan kelebihan sehingga akan meleber keluar. Kalau dalam kasus fotografi, medium akan terbakar.

    Penulisan shutter speed yang benar adalah 1/x. Sehingga apabila dikatakan bahwa sebuah foto menggunkanan speed 60, maka penulisannya yang benar adalah 1/60 detik. Jadi jangan bingung kalau dikatakan bahwa speed 60 lebih cepat dibandingkan 30. karena secara penulisan matematis memang begitu khan?


    Efek Samping dari Shutter Speed

    Seperti berpacaran yang memiliki efek samping, seperti sulit melirik wanita/pria lain, begitu juga dengan shutter speed. Semakin cepat shutter speed, maka akan gambar akan semakin terlihat diam (freeze). Dan sebaliknya, apabila speed terlalu lamban gambar akan terlihat blur dikarenakan gerakan yang terlalu cepat, sehingga objek terlihat bergerak sangat cepat. Lebih jelasnya, silahkan lihat foto berikut sebagai ilustrasi:




    foto Efek Samping dari Aperture <br />
1/320 detik, f/5.6 @ 17mm ISO 100
    1/320 detik, f/5.6 @ 17mm ISO 100



    Kuda sedang berlari (gak mungkin sedang nari khan?) terlihat diam dengan menggunakan shutter speed yang cepat.





    foto Efek Samping dari Aperture <br />
1/15 detik, f/11 @ 17mm ISO 400
    1/15 detik, f/11 @ 17mm ISO 400



    orang yang sedang duduk terlihat tajam, sedangkan kendaraan dibelakangnya yang bergerak terlihat blur.


    ISO atau ASA

    Adalah tingkat sensitifitas medium dalam menerima cahaya. Semakin tinggi nilainya, maka akan semakin tingkat sensitifitasnya. Artinya, apabila kita merubah nilai ISO atau ASA ini menjadi lebih tinggi, sedangkan aperture dan speednya tidak diubah, maka medium akan menerima cahaya lebih banyak. Dan sebaliknya.


    Efek Samping ISO atau ASA

    ISO adalah tingkat sensitifitas sensor (medium), sedangkan ASA adalah tingkat sensitifitas film (medium), jadi perbedaannya hanya dimediumnya saja. Tapi logikanya sama. Kecuali efek sampingnya. Dimana apabila menggunakan film ASA tinggi, maka gambar akan terlihat grainy (berbentuk titik kecil namun banyak). Sedangkan penggunaan ISO tinggi akan menghasilkan noise (seperti bentuk cacing namun banyak). Sedikit aja udah geli apalagi banyak =)

    Yang penting adalah kita mengenal kamera serta fungsi-fungsinya sebagai alat yang menyalurkan visi kita dalam menghasilkan sebuah gambar. Jadi, semua fungsi memiliki efek samping, tapi bukan berarti ini jelek. Namun, kita harus bisa menggunakannya dengan bijak. Pertanyaannya adalah, efek apa yang ingin dihasilkan supaya memperkuat pesan yang ingin disampaikan? Kalau mau lebih kuat lagi sampeiin aja sendiri… :p

    Posisi Pemotretan

    Minggu, 27 Mei 2012 | 0 komentar


    Cara Memegang Kamera

    Perkembangan teknologi DSLR sangat pesat saaT ini saya lihat banyak sekali muda mudi yang sudh memiliki kamera SLR,mulai dari yang entry level sampai pro. Sayang sekali dengan gear yang mahal seperti itu jika tidak digunakan secara maksimal. Salah satu teknik dasar yang sering kali dilupakan adalah bagaimana memegang kamera yang benar,sering sekali soal ini diremehkan.yang penting sudah pegang kamera mahal,lensa sudah VR(vibrate reduction) pada nikon,IS(image stabiliser) pada canon.pasti bisa dapat gambar bagus tanpa shake.sebenarnya itu semua belum cukup karena hasil gambar yang bagus bukan dikarenakan gear yang digunakan tapi orang yang ada di balik kamera. Teknik memegang kamera diperlukan agar dapat menghasilkan gambar yg lebih tajam karen tidak goyang,dan juga untuk menghemat tenaga saat memegang lensa SLR yang berat. Kayaknya telalu banyak omong juga,langsung aja aq coba share teknik pegang kamera yang baik.   Dari gambar di atas dapat dilihat.tangan kiri memegang kamera ,sambil jari-jari memegang grip zoom lensa.tangan kanan memegang bagian shutter kamera,disini tangan kanan berfungsi untuk mengatur setting kamera.kedua siku menekan tubuh,posisi ini berfungsi agar kamera tidak banyak goyang,karena ada tumpuan di badan kita.pastikan memegang kamera memandu mata kita pada obyek yang akan di ambil.   Cara diatas juga benar cara diatas akan lebih memudahkan untuk memprtahankan kamera dari getaran tubuh kita,kita boleh sesekali menggunakan posisi ini untuk menggambil gambar yang menggunakan shutter speed lambat,seperti foto landscape,karena dengan posisi ini kamera akan lebih stabil.   Cara memegang kamera yang salah  Dari gambar di atas kita bisa melihat teknik memegang kamera yang salah,dimana dengan posisi itu kamera kita akan rawan sekali terkena goncangan sewhingga susah untuk mendapatkan hasil gambar yang tajam.jangan lupa gantung kamera kita dileher,disini fungsi strap kamera untuk menahan kamera saat terlepas dari tangan kita.   Cara memegang kamera secara vertikal Untuk menghasilkan gambar kita tidak monoton memegang kamera secara hotisontal, suatau saat kita pasti memegang kamera secara vertikal untuk memberikan efek lain pada hasil foto kita, selain itu teknik memegang seperti ini biasa digunakan untuk foto potrait. Dibawah ini adalah gambar memegang kamera yang benar dan yang salah  Di gambar sebelah kanan fotografer memegang kamera dengan tumpuan kedua sikunya pada tubuhnya disini.dengan posisi ini kamera akan lebih stabil. Dengan tangan kiri memegang lensa dan jari2 pada ulir lensa, tangan kanan memegang shutter dan untuk setting kamera. Pada gambar sebelah kiri,ini slah satu teknik memegang kamera yang kurang benar,dimana tumpuan kamera hanya pada tangan kiri saja,kesalahan ini sering sekali kita lakukan,sehingga susah menghasilkan gambar yang tajam.saya sendiri dulu seting melakukan kesalahan ini karena lebih nyaman seperti ini,tapi sekarang ini lebih mudah karena saya sudah memasang baterai grip,sehingga posisi seperti itu jarang saya gunakan. Posisi kaki    Dilihat dari gambar di atas kaki kiri di depan kaki kanan,kuda-kuda ini(cie kayak mau silat) berfungsi agar kita tidak mudah jatuh dan tentu saja untuk menjaga kestabilan kamera.jangan sesekali memposisikan kaki seperti gambar sebelah kirio,karena sengan posisi itu tubuh kita akan mudah sekali goyang   Cara memegang kamera SLR saat kita mengambil pada posisi rendah atau jongkok   Gambar diatas memperlihatkan cara memegang kamera disaat posisi rendah.perhatikan dengan seksama,dari 3 gambar diatas, tumbuan tanagn selalu ada pada kaki,tentu saja tumpuan itu berguna untuk mempertahankan kstabilan kamera.  Dapat dilihat pada kedua gambar diatas.posisi tumpuan tangan.pada gambar sebelah kanan,menunjukkan tumpuan tangan ada di kaki,sedang gambar yang satu lagi.kaki di luruskan sehingga tidak ada tumpuan pada tangan kita. Gunakan benda benda skitar kita untuk menambah kestabilan memegang kamera. Banyak benda yang bisa gunakan sebagai tumpuan,bisa dinding,mobil,pohon,tiang listrik,apa saja yang bisa membantu kstabilan kamera.        Cara memegang kamera saat sedang tiarap Tentunya kita tau untuk menghasilkan gambar tidak melulu mengambil dari angel yang sama,kita perlu mengambil dari beberapa angel untuk menghasilkan gambar yang bagus.kadang kala kita perlu tiarap di lantai.nah untuk memegang kamera saat tiarappun dibutuhkan tukpuan yang kuat pada tangan untuk menjaga kestabilan kamera.     Dapat kita lihat,untuk mempertahankan kestabilan kamera kita harus menggunakan siku,jangan menggunakan badan kita sebagai tumpuan,karena akan mudah goyang.

    Mode Pemotretan Pada kamera Nikon D70

    Selasa, 22 Mei 2012 | 0 komentar



    Pada kamera Nikon D70 terdapat 11 mode pemotretan:

    M= Full Manual
    Pada mode ini pengaturan kamera sepenuhnya manual, baik shutter speed, aperture, ISO, dsb.

    A= Aperture Priority
    Pada mode ini aperture dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun shutter speed akan mengimbangi secara otomatis akan kebutuhan cahaya sesuai dengan besar aperture.

    S= Shutter Priority
    Pada mode ini shutter speed dapat diatur sesuai dengan kehendak, namun aperture akan mengimbangi secara otomatis kebutuhan cahaya yang sesuai dengan shutter speed.

    P= Program
    Pada mode ini baik aperture maupun shutter speed akan mengkalkulasi secara otomatis sesuai dengan kebutuhan cahaya, hanya saja pada mode ini tingkat exposure dapat diatur sesuai dengan kehendak.

    Auto
    Mode auto merupakan mode dimana kamera secara penuh mengatur akan segala kebutuhan pengaturan, dengan kata lain pada mode ini fotografer tinggal "jepret" saja.

    Portrait
    Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan portrait ( foto manusia ), seperti penggunaan tonal warna untuk skin tone, dsb.

    Landscape
    Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan ( landscape), seperti tone warna yang lebih vivid atau lain sebagainya.

    Macro
    Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto macro ( jarak dekat sehingga objek tampak lebih besar ), seperti fokus lensa yang lebih disesuaikan.

    Moving Object
    Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan pemotretan objek yang bergerak, sehingga fokus lensa akan lebih cepat bergerak menyesuaikan dengan pergerakan objek.

    Night Landscape
    Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto pemandangan pada malam hari.

    Night Portrait
    Mode ini merupakan pencabangan mode full auto, namun lebih disesuaikan dengan kebutuhan foto portrait malam hari atau cahaya redup.

    Canon EOS 5D Mark III kit (24-105L)

    Rabu, 16 Mei 2012 | 0 komentar


    Canon EOS 5D Mark III kit (24-105L)



      Rp. 39,350,000



    Garansi: 1 Year Service & Spare Part
    Resolusi: 22.3 MP
    Battery: Lithium
    LCD: 3.2 "
    Memory: CF
    The Power to Create.
    Canon is proud to present the highly anticipated EOS 5D Mark III. With supercharged EOS performance and stunning full frame, high-resolution image capture, the EOS 5D Mark III is designed to perform. Special optical technologies like the 61-Point High Density Reticular AF and an extended ISO range of 100-25600 (expandable to 50 (L), 51200 (H1) and 102400 (H2) make the EOS 5D Mark III ideal for shooting weddings in the studio or out in the field, and great for still photography. Advanced professional-level high definition video capabilities (that includes a host of industry-standard recording protocols and enhanced performance) make it possible to capture beautiful cinematic movies in EOS HD quality. A newly designed 22.3 Megapixel full-frame Canon CMOS sensor, Canon DIGIC 5+ Image Processor, and shooting performance up to 6.0 fps provide exceptional clarity and sharpness, even when capturing rapidly-unfolding scenes. Additional technological advancements include an Intelligent Viewfinder, Canon's advanced iFCL metering system, High Dynamic Range (HDR), and Multiple Exposure mode — all of which that help make the EOS 5D Mark III the perfect multimedia tool.
    Specifications
    Type
    Digital, AF/AE single-lens reflex, camera
    Recording Media
    CF Cards (Type I); Compatible with UDMA CF cards; SD, SDHC, and SDXC Memory Cards
    Image Format
    Approx. 36 mm x 24mm (35mm Full-frame)
    Compatible Lenses
    Canon EF Lenses (excluding EF-S Lenses)
    Lens Mount
    Canon EF mount
    Image Sensor
    Type
    High-sensitivity, high-resolution, large single-plate CMOS sensor
    Pixels
    Effective pixels: Approx. 22.3 megapixels
    Total Pixels
    Total pixels: 23.4 megapixels
    Aspect Ratio
    3:2 (Horizontal: Vertical)
    Color Filter System
    RGB primary color filters
    Low Pass Filter
    Fixed position in front of the image sensor
    Dust Deletion Feature
    (1) Self Cleaning Sensor Unit

    ·Automatic Sensor Cleaning

    ·Removes dust adhering to the infrared- and ultraviolet-blocking glass.

    ·Self-cleaning executed automatically when power is turned on or off. Manual execution also possible.

    ·Low-pass filter has a fluorine coating.

    (2) Dust Delete Data acquisition and appending

    ·The coordinates of the dust adhering to the infrared- and ultraviolet-blocking glass are detected by a test shot and appended to subsequent images.

    ·The dust coordinate data appended to the image is used by the provided software to automatically erase the dust spots.

    (3) Manual cleaning
    Recording System
    Recording Format
    Design Rule for Camera File System 2.0 and EXIF 2.3
    Image Format
    Still Image: JPEG, RAW (14-bit Canon Original), M-RAW, S-RAW, RAW+JPEG, M-RAW+JPEG, S-RAW+JPEG

    Video: MOV (Image data: H.264/MPEG-4 AVC; Audio: Linear PCM)
    File Size
    (1) Large: Approx. 22.10 Megapixels (5760 x 3840)

    (2) Medium: Approx. 9.80 Megapixels (3840 x 2560)

    (3) S1 (Small 1): Approx. 5.50 Megapixels (2880 x 1920)

    (4) S2 (Small 2): Approx. 2.50 Megapixels (1920 x 1280)

    (5) S3 (Small 3): Approx. 350,000 Pixels (720 x 480)

    (6) RAW: Approx. 22.10 Megapixels (5760 x 3840)

    (7) M-RAW: Approx. 10.50 Megapixels (3960 x 2640)

    (8) S-RAW: Approx. 5.50 Megapixels (2880 x 1920) Exact file sizes depend on the subject, ISO speed, Picture Style, etc.
    Recording Functions
    1. Standard

    * Records to either the CF card or SD card.

    2. Auto switch card

    * When the current card becomes full, the camera switches to the other card automatically.

    3. Record separately

    * The CF card and SD card record the same image at a different image recording quality (L, M, S1, S2, S3, RAW, M-RAW, S-RAW)

    4. Record to multiple

    * Both the CF card and SD card record the same image at the same image recording quality. (Also applies to RAW+JPEG, M+JPEG, and SRAW+JPEG)
    Backup Recording
    Images recorded in a card can be copied to the other card
    File Numbering
    The following three types of file numbers can be set:

    (1) Continuous numbering

    * The continuous numbering of captured images will continue even after you replace the camera's card. (The numbering continues even when the folder changes.)

    (2) Auto reset

    * When you replace the camera's card, the numbering will be reset to start from 0001. If the new card already contains images, the numbering will continue from the last recorded image in the card.

    (3) Manual reset

    * Resets the file number to 0001, and creates a new folder automatically.
    RAW + JPEG Simultaneous Recording
    The image-recording quality can be selected in any combination of the three RAW and eight JPEG recording quality settings.
    Color Space
    Selectable between sRGB and Adobe RGB
    Picture Style
    Auto, Standard, Portrait, Landscape, Neutral, Faithful, Monochrome, User Defined 1-3

    * Scene Intelligent Auto will set [Auto] automatically.

    * [Standard] is the default setting for [User Def. 1-3]
    Viewfinder
    Type
    Eye-level pentaprism
    Coverage
    Approx. 100% vertically and horizontally (At approx. 21mm eyepoint)
    Magnification
    Approx. 0.71x / Angle of view 34.1° (with 50mm lens at infinity, -1 m-1 (dpt))
    Eye Point
    Approx. 21mm (At -1m-1 from the eyepiece lens center)
    Dioptric Adjustment Correction
    -3.0 to +1.0m-1 (diopter)
    Focusing Screen
    Fixed
    Mirror
    Quick-return half mirror (transmission: reflectance ratio of 40:60)
    Viewfinder Information
    ·AF information

    AF point, focus confirmation, AF status indicator

    ·Exposure information

    Shutter speed, aperture, ISO speed (always displayed), AE lock, exposure level, exposure warning

    ·Flash information

    Flash ready, flash exposure compensation, high-speed sync, FE lock, red-eye reduction light

    ·Image information

    Highlight tone priority (D+), maximum burst (2-digit display), card information

    ·Battery check

    ·Composition information

    Grid, electronic level

    ·Warning symbol

    Displayed if any of the following is set: Monochrome, white balance correction, One-touch recording quality switch, expanded ISO speed, or spot metering.
    Depth Of Field Preview
    Enabled with Depth-of-field preview button
    Autofocus
    Type
    TTL secondary image - registration, phase detection
    AF Points
    61-point (up to 41 cross-type points)

    * One to five cross-type AF points at f/2.8, 10 to 20 cross-type AF points at f/4, and 15 to 21 cross-type AF points at f/5.6. (The number of cross-type AF points will differ depending on the lens.)
    AF Working Range
    EV -2 - 18 (at 73°F/23°C and ISO 100)
    Focusing Modes
    (1) Autofocus

    ·One-Shot AF

    ·Predictive AI Servo AF

       -For automatic AF point selection, the AF point to start the AI Servo AF operation can be selected.

       -For automatic AF point selection, the active AF point can be displayed.

    ·AI Focus AF

       -(Switches between One-Shot AF and AI SERVO AF automatically)

       -Automatically set in A+ Auto Mode

    (2) Manual focus (MF)
    AF Point Selection
    1. Single-point AF (Manual selection)

    2. Auto selection 61-Point AF

    3. Single-point Spot AF (Manual selection)

    4. AF point expansion (Manual selection, 4 points: Up, down, left, and right)

    5. AF point expansion (Manual selection, surrounding 8 points)

    6. Zone AF (Manual zone selection)
    Selected AF Point Display
    Displayed in viewfinder with transparent LCD and on LCD panel
    Active AF Point Indicator
    AF area used in horizontal/vertical (grip up or down) shooting and the manually-selected AF point position can be set separately
    AF Assist Beam
    (1) Enable

    With an EOS-dedicated Speedlite, AF-assist beam is emitted automatically when necessary.

    (2) Disable

    (3) IR AF assist beam only

    * No AF-assist beam with flash bursts.
    Shutter
    Type
    Vertical-travel, mechanical, focal-plane shutter with all speeds electronically-controlled
    Shutter Speeds
    1/8000 to 1/60 sec., X-sync at 1/200 sec.

    1/8000 to 30 sec., bulb (Total shutter speed range. Available range varies by shooting mode.)

    * Shutter speed's control range can be set with a Custom Function.
    Shutter Release
    Soft-touch electromagnetic release
    Self Timer
    10-sec. or 2-sec. delay
    Drive System
    Drive Modes
    Single, High-speed continuous, Low-speed continuous, Silent Single Shooting and Self-timer (10 sec. self-timer/remote control, or 2-sec. self-timer/remote control)
    Continuous Shooting Speed
    High-speed: Maximum approx. 6 shots/sec.

    Low-speed: Maximum approx. 3 shots/sec.

    Silent continuous shooting: Maximum approx. 3 shots/sec.
    Maximum Burst
    ·JPEG Large/Fine: Approx. 65 shots (approx. 16270 shots)

    ·RAW: Approx. 13 shots (approx. 18 shots)

    ·RAW+JPEG Large/Fine: Approx. 7 shots (approx. 7 shots)

    *Figures are based on Canon's testing standards (ISO 100 and Standard Picture Style) and a 8 GB card.

    *Figures in parentheses apply to an UDMA mode 7, 128 GB card based on Canon's testing standards.
    Live View Functions
    Shooting Modes
    Still photo and video recording
    Focusing
    (1) Autofocus (One-Shot AF)

    ·Live mode

    ·One-point, contrast AF. Switching to another AF point possible.

    ·Face detection Live mode

    ·Face detection, contrast AF. Face selectable.

    ·Quick mode

    61-point, phase-difference AF, same as normal shooting.

    (2) Manual focus

    * Magnify the image by 5x or 10x and focus manually.
    Metering Modes
    Real-time Evaluative metering with the image sensor
    Metering Range
    Real-time evaluative metering with image sensor:

    ·Metering range: EV 0 - EV 20 (At 73°F/23°C, 50mm f/1.4 lens, ISO 100)

    ·AE lock possible

    ·The active metering time can be changed.
    Grid Display
    Three grid display provided
    Exposure Simulation
    Provided
    Silent Shooting
    Provided (Mode 1 and 2)
    Video Shooting
    File Format
    MPEG-4 AVC / H.264

    Variable (averaged) bit rate
    File Size
    Recording Sizes:

    1920 x 1080 (Full HD), 1280 x 720 and 640 x 480
    Frame Rates
    [1920 x 1080]: 30 fps / 25 fps / 24 fps

    [1280 x 720]: 60 fps / 50 fps

    [640 x 480]: 30 fps / 25 fps
    Continuous Shooting Time
    Based on 8GB Card:

    [1920 x 1080]

    30 fps ALL-I: 11 min. (685 MB/min.) / IPB: 32 min (235 MB/min.)

    25 fps ALL-I: 11 min (685 MB/min.) / IPB: 32 min. (235 MB/min.)

    24 fps ALL-I: 11 min. (685 MB/min.) / IPB: 32 min. (235 MB/min.)

    [1280 x 720]

    60 fps ALL-I: 12 min. (610 MB/min.) / IPB: 37 min. (205 MB/min.)

    50 fps ALL-I: 12 min. (610 MB/min.) / IPB: 37 min. (205 MB/min.)

    [640 x 480]

    30 fps IPB: 97 min. (78 MB/min.)

    25 fps IPB: 97 min. (78 MB/min.)

    * If the recording time reaches 29 min. 59 sec., the movie shooting stops automatically.

    * Movie shooting does not stop when the file size reaches 4GB.
    Focusing
    Same as focusing with Live View shooting

    * During movie shooting or if movie cropping has been set, the image cannot be magnified for manual focusing.
    Range
    ISO Range

    ·P, Av, and Bulb: Automatically set within ISO 100 - 12800, expandable to H (equivalent to ISO 25600)

    ·A+ and Tv: Automatically set within ISO 100 - 12800

    ·M: Auto ISO (automatically set within ISO 100 - 12800), ISO 100 - 12800 set manually (in 1/3- or whole-stop increments), expandable to H (equivalent to ISO 16000/20000/25600)

    * If Highlight tone priority is set to enable, the settable ISO speed range will be ISO 200 - 12800.
    Exposure Control
    (1) Program AE for movie shooting

    * For shooting modes other than manual exposure and bulb.

    * Shutter speed (1/30 - 1/4000 sec., signal accumulation time), aperture, and ISO speed automatically set.

    (2) Manual exposure

    * For manual exposure.

    * Shutter speed (signal accumulation time), aperture, and ISO speed (auto/manual) manually set. The shutter speed (signal accumulation time) is limited to 1/4000 sec. at the maximum and to 1/30 sec. at the minimum for 24/25/30 fps or 1/60 sec. or higher for 50/60 fps.
    Exposure Compensation
    Up to ±3 stops in 1/3-stop increments

    * For movies, even if exposure compensation has been set beyond ±3 stops, exposure compensation up to only ±3 stops will be applied.

    * For still photos, exposure compensation up to ±5 stops can be applied.
    LCD Monitor
    Type
    TFT color, liquid-crystal monitor
    Monitor Size
    3.2-inches
    Pixels
    Approx. 1.04 million dots
    Coverage
    Approx. 100%

    Approx. 170° vertically and horizontally
    Brightness Control
    Auto: Brightness adjusted automatically by the light sensor

    * Adjustable to one of three levels: Darker, Standard, Brighter

    Manual: Adjustable to one of seven brightness levels
    Interface Languages
    25 (English, German, French, Dutch, Danish, Portuguese, Finnish, Italian, Norwegian, Swedish, Spanish, Greek, Russian, Polish, Czech, Hungarian, Romanian, Ukraine, Turkish, Arabic, Thai, Simplified/Traditional Chinese, Korean, Japanese)
    Playback
    Display Format
    Single image, Single image + Image-recording quality/shooting information, histogram, 4- or 9-image index, magnified view (approx. 1.5x-10x), rotated image (auto/manual), image jump (by 10/100 images, index screen, by shooting date, by folder), two-image comparative display, slide show (all images/selected by date/folder), star rating
    Highlight Alert
    With single-image display (Info.) and single-image display, overexposed highlight areas will
    Dimensions and Weight
    Dimensions (W x H x D)
    Approx. 6.0 x 4.6 x 3.0 in. (152.0 x 116.4 x 76.4 mm )
    Weight
    Approx. 33.5 oz. / 950g (Based on CIPA standards)

    Approx. 30.3 oz./ 860g (Body only)
    Operating Environment
    Working Temperature Range
    32-104°F/0-40°C
    Working Humidity Range
    85% or less

    Asus PadFone

    | 0 komentar


    Asus menghadirkan sebuah video demo yang memamerkan sebuah perangkat yang beberapa waktu lalu sempat dipamerkan dalam ajang Mobile World Congress (MWC) 2012, Asus PadFone.
    Hal pertama yang menjadi keunggulan Asus PadFone yang dipamerkan dalam video adalah daya tahan baterainya yang luar biasa. daya tahan baterai normal Smartphone nya bisa mencapai 16 jam, lalu bisa menjadi 62 jam jika dihubungan ke PadFone Station dan 102 jam dengan terpasangnya Stasion Dock Keyboard pada perangkat.
    Asus PadFone memiliki layar Super AMOLED 4,3 inci, Prosesor Qualcomm Snapdragon 1,5GHz, kamera belakang 8MP dan akan berjalan dengan OS Android 4.3 Ice Cream Sandwich.
    Beberapa waktu yang lalu, Asus PadFone sempat dirumorkan akan hadir pada bulan April lalu, tapi entah kenapa sampai saat ini Asus PadFone belum juga tersedia di pasaran.
                     


    Popular Posts

     
    © Copyright 2011-2012 (҂`⌣´)9 All Rights Reserved.
    Template Design by Rahmad Hidayat | Hometown at Pekanbaru - Riau | Powered by Blogger.